9 Makanan Khas China Paling Favorit
Makanan khas China, seperti mi, siomay, dan banyak lagi, telah lama menjadi bagian integral dari budaya kuliner Indonesia. Namun, lebih dari sekadar kelezatan rasa, makanan-makanan ini membawa makna dan simbolisme yang mendalam dalam budaya Tionghoa.
Sejak lebih dari 2000 tahun lalu, makanan bagi masyarakat Tionghoa tidak hanya sekedar asupan gizi, tetapi juga cara untuk merayakan keberkatan dan menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Misalnya, mi atau bakmi sering hadir dalam perayaan ulang tahun sebagai simbol harapan untuk panjang umur. Ini menunjukkan bagaimana makanan tidak hanya mengenyangkan perut tetapi juga memberikan harapan dan doa bagi yang merayakan. Tradisi ini mencerminkan keyakinan yang mendalam tentang koneksi antara makanan dan kehidupan itu sendiri.
Setiap makanan khas China memiliki cerita uniknya sendiri, terkait erat dengan nama, bentuk, dan warna yang mereka miliki. Contohnya, siomay yang terkenal, tidak hanya dikenal karena kelezatannya tetapi juga sering dianggap sebagai simbol keberuntungan karena bentuknya yang mirip dengan kantong kekayaan dalam budaya China.
Baca Juga: Kursus Les Mandarin Bandung
Makanan lainnya seperti bakso juga memiliki tempatnya sendiri dalam tradisi kuliner Tionghoa. Sering kali dikaitkan dengan kebersamaan dan persatuan, bakso menjadi simbol keharmonisan dalam hidangan keluarga atau perayaan tertentu.
Selain itu, mi memiliki makna lain yang tidak kalah penting. Dalam banyak tradisi China, mi juga dianggap sebagai simbol ketahanan dan kelenturan hidup. Hal ini tercermin dari sifat mi yang lentur namun tahan lama, menggambarkan harapan untuk kehidupan yang tidak hanya panjang tetapi juga penuh dengan ketangguhan dan kekuatan.
Dengan demikian, makanan khas China lebih dari sekedar sajian kuliner. Mereka adalah perwujudan dari budaya, tradisi, dan filosofi hidup yang telah bertahan selama ribuan tahun. Makanan-makanan ini mengajak kita untuk tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga memahami dan menghargai cerita serta makna di balik setiap suapan. Di setiap hidangan, terselip pesan-pesan kehidupan yang berharga, menjadikan makanan khas China sebagai warisan budaya yang kaya dan beragam.
Daftar Rekomendasi Makanan Khas China Paling Favorit
Mie
Mie dengan panjangnya yang simbolik, telah menjadi bagian penting dari tradisi kuliner China, khususnya dalam merayakan momen-momen penting seperti ulang tahun dan Tahun Baru Imlek. Mi tidak hanya dianggap sebagai simbol panjang umur, tetapi juga diinterpretasikan sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran.
Dalam konteks ulang tahun keluarga Tionghoa atau perayaan Tahun Baru China, mi yang disajikan biasanya dibuat lebih spesial. Ini sering kali berupa Yi Mein, atau mi panjang umur, yang sengaja dibuat lebih panjang dari biasanya. Panjang mi ini dianggap merepresentasikan kehidupan yang panjang, makmur, dan sejahtera bagi siapa pun yang menyantapnya. Keyakinan ini menegaskan bahwa semakin panjang mi, semakin besar harapan untuk hidup yang panjang dan makmur.
Tradisi ini juga mengandung aturan bahwa mi tidak boleh dipotong saat disajikan atau dimakan. Pemotongan mi dianggap sebagai simbolik pemotongan umur, sehingga bisa memperpendek harapan hidup. Oleh karena itu, mi harus disajikan utuh untuk memastikan makna simboliknya tetap utuh.
Menyajikan mi saat perayaan Tahun Baru Imlek juga dipercaya sebagai cara untuk mendatangkan kemakmuran di tahun yang akan datang. Setiap elemen dalam sajian mi, termasuk bahan pelengkap seperti telur dan udang, juga memiliki makna tersendiri. Telur, misalnya, sering dihubungkan dengan kesuburan dan kelanjutan hidup, sementara udang melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan.
Beberapa orang Tionghoa bahkan memiliki tradisi makan mi tepat saat tengah malam di Tahun Baru Imlek, sebagai simbol harapan agar kehidupan di tahun yang akan datang penuh dengan kelancaran, kedamaian, dan keberuntungan. Tradisi ini mencerminkan kepercayaan mendalam dalam kultur Tionghoa tentang hubungan antara makanan dan kehidupan, di mana makanan tidak hanya dinikmati untuk kelezatannya tetapi juga dihormati karena nilai simbolik dan kulturalnya.
Bakpao
Bakpao, yang dikenal luas di Indonesia, adalah adaptasi dari makanan khas China yang memiliki akar budaya yang mendalam dan telah mengalami evolusi yang signifikan, terutama dalam konteks keberagaman budaya dan agama. Asal-usul bakpao dapat dilacak kembali ke bahasa Hokkian, dengan "bak" berarti daging dan "pao" berarti bungkusan, merujuk pada bentuknya yang khas sebagai roti kukus yang berisi.
Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adaptasi bakpao telah dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan halal. Tradisionalnya, bakpao berisi daging babi, namun di Indonesia, isian bakpao telah diadaptasi untuk mencakup berbagai jenis isi seperti daging ayam, cokelat, kacang hitam, kacang merah, srikaya, dan berbagai isian lain yang sesuai dengan selera lokal dan kebutuhan diet halal.
Bakpao telah menjadi makanan yang populer dan mudah ditemukan, mulai dari restoran yang menyajikan dimsum hingga pedagang kaki lima. Harganya yang terjangkau dan rasa yang lezat membuat bakpao menjadi pilihan sempurna untuk mengganjal perut atau sebagai cemilan.
Seiring dengan penyebaran imigran China ke berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara, bakpao juga telah menyebar dan menjadi bagian dari kuliner lokal di berbagai negara di kawasan ini. Keunikan bakpao terletak pada kemudahannya untuk dikreasikan dan diadaptasi sesuai dengan selera dan bahan lokal setiap negara. Akibatnya, setiap negara di Asia Tenggara memiliki versi bakpao-nya sendiri, yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya gastronomi di kawasan tersebut.
Bakpao tidak hanya menjadi simbol integrasi budaya dan adaptasi kuliner, tetapi juga menunjukkan bagaimana sebuah makanan dapat berkembang dan diterima dalam berbagai konteks budaya yang berbeda, sambil tetap mempertahankan esensi dan ciri khas asalnya.
Dimsum
Dimsum, makanan khas China yang kaya akan tradisi dan makna, secara harfiah berarti "menyentuh hati". Makanan ini terdiri dari berbagai hidangan kecil yang beragam, mencakup pilihan seperti shumai (siomay), lumpia kulit tahu, hakau, hingga ceker ayam. Setiap hidangan dalam dimsum bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengandung makna simbolis yang mendalam.
Makna Simbolis Dimsum:
Keberuntungan dan Kemakmuran: Banyak hidangan dimsum yang menyimbolkan keberuntungan dan kemakmuran. Misalnya, lumpia yang digoreng hingga berwarna keemasan sering diartikan sebagai simbol kekayaan.
Keharmonisan: Dimsum sering dikaitkan dengan keharmonisan, karena biasanya disantap bersama-sama. Tradisi bersantap ini menegaskan pentingnya hubungan sosial dan kebersamaan dalam budaya China.
Tradisi Yum Cha:
Minum Teh: Yum Cha, yang artinya "minum teh", merupakan bagian penting dari ritual makan dimsum. Ini adalah kebiasaan untuk memperlengkap pengalaman makan bersama keluarga atau teman.
Jenis Teh: Pelayan biasanya menawarkan berbagai jenis teh, seperti teh hitam, chrysanthemum, jasmine, dan oolong, yang setiap jenisnya memiliki khasiat dan aroma tersendiri.
Dimsum di Restoran China:
Menu Beragam: Restoran China biasanya menyajikan berbagai pilihan dimsum, memberikan pelanggan kesempatan untuk mencicipi aneka rasa dalam satu sesi makan.
Pengalaman Bersantap: Pengalaman makan dimsum tidak hanya tentang makanan itu sendiri, tetapi juga tentang atmosfer dan kegiatan sosial yang menyertainya.
Dimsum, dengan semua kekayaan rasa dan budayanya, bukan hanya makanan - ini adalah pengalaman yang memadukan seni kuliner, tradisi, dan kebersamaan. Makan dimsum menjadi lebih dari sekadar kegiatan makan; ini adalah momen untuk berbagi, menikmati, dan merayakan kekayaan budaya China.
Bebek Peking
Bebek Peking, salah satu hidangan ikonik dalam kuliner China, membawa makna yang mendalam dalam tradisi dan budaya Tionghoa. Berikut adalah beberapa aspek penting terkait dengan Bebek Peking dalam konteks budaya China:
Simbolisme dan Makna:
Kesetiaan, Kesuburan, dan Keharmonisan: Dalam budaya Tionghoa, bebek dianggap sebagai simbol kesetiaan, kesuburan, dan keharmonisan. Keyakinan ini berasal dari mitologi China yang menggambarkan bebek sebagai pembawa pesan ke surga.
Lukisan dan Sastra: Banyak lukisan dan buku di China yang menggambarkan bebek dalam konteks simbolis ini, mendukung peran pentingnya dalam budaya.
Penggunaan dalam Acara Khusus:
Warna Merah: Warna merah pada Bebek Peking sering dikaitkan dengan kebahagiaan dalam budaya China, sehingga hidangan ini sering disajikan dalam acara pernikahan.
Simbol Kebahagiaan: Dalam pernikahan Tionghoa, Bebek Peking dipilih sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan bagi pasangan baru.
Pantangan dan Keyakinan:
Bulan Ketujuh Kalender Lunar: Menurut tradisi, Bebek Peking dihindari untuk dikonsumsi pada bulan ketujuh kalender lunar, yang sering dianggap sebagai "bulan hantu" - waktu ketika arwah dianggap berkeliaran di bumi.
Ketidakberuntungan: Ada kepercayaan bahwa makan bebek selama bulan ini bisa membawa ketidakberuntungan, sebagaimana dikutip oleh asianjournalusa.com.
Bebek Peking dalam Budaya Modern: Meskipun Bebek Peking memiliki makna yang kental dalam tradisi, hidangan ini juga sangat populer dalam kuliner modern, sering dihadirkan dalam berbagai acara penting dan perayaan. Dengan tekstur dan rasanya yang khas, Bebek Peking tidak hanya menjadi pilihan kuliner yang lezat, tapi juga membawa warisan budaya dan tradisi yang kaya
Bakso Kepala Singa
Bakso Kepala Singa, atau "Shizi Tou" dalam bahasa Mandarin, adalah hidangan tradisional China yang memiliki makna dan simbolisme khusus, terutama dalam konteks perayaan Tahun Baru China. Berikut adalah beberapa aspek penting yang berkaitan dengan hidangan ini:
Simbolisme dan Makna:
Kepala Singa: Dalam budaya China, singa dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Oleh karena itu, bakso yang dibentuk menyerupai kepala singa melambangkan kekuatan dan perlindungan.
Kebersamaan Keluarga: Ukuran bakso yang besar dan cara penyajiannya yang seringkali dilakukan secara bersama-sama mencerminkan nilai kebersamaan dan persatuan dalam keluarga.
Kedamaian dan Keharmonisan: Hidangan ini dipercaya membawa kedamaian dan menciptakan suasana keharmonisan, khususnya dalam perayaan keluarga.
Komposisi dan Penyajian:
Ukuran Besar: Bakso Kepala Singa biasanya berukuran lebih besar dibanding bakso biasa, melambangkan kelimpahan dan kemakmuran.
Pakchoi sebagai 'Rambut': Pakchoi yang disajikan di sekitar bakso sering diinterpretasikan sebagai rambut singa, menambah elemen estetika dan simbolisme dalam penyajian.
Kaitan dengan Perayaan Tahun Baru China:
Hidangan Spesial Tahun Baru: Bakso Kepala Singa sering disajikan dalam perayaan Tahun Baru China sebagai hidangan istimewa yang menggambarkan keinginan untuk kekuatan dan kebersamaan di tahun yang akan datang.
Tradisi Kuliner: Hidangan ini menjadi bagian dari tradisi kuliner Tahun Baru China, di mana berbagai makanan disajikan tidak hanya untuk kelezatan tetapi juga untuk simbolisme dan makna yang mendalam.
Keberadaan Bakso Kepala Singa dalam Kuliner China:
Lezat dan Bergizi: Selain maknanya yang kaya, bakso ini juga dinikmati karena kelezatannya dan kandungan gizinya.
Pengalaman Kuliner yang Unik: Menyantap Bakso Kepala Singa memberikan pengalaman kuliner yang unik, menggabungkan rasa, tekstur, dan nilai budaya dalam satu hidangan.
Bakso Kepala Singa, dengan semua simbolisme dan maknanya, tidak hanya menjadi hidangan yang lezat tetapi juga cara untuk merayakan dan menghormati tradisi serta nilai-nilai budaya China. Hidangan ini mencerminkan cara unik budaya Tionghoa dalam menggabungkan kuliner dengan filosofi dan tradisi.
Kue Bulan
Kue Bulan, atau "Yuebing" dalam bahasa Mandarin, adalah salah satu makanan khas Tionghoa yang sangat populer dan memiliki makna kultural yang mendalam. Berikut ini adalah beberapa aspek menarik tentang Kue Bulan:
Asal dan Sejarah:
Kue Bulan dibuat untuk merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur, yang merupakan salah satu festival penting dalam budaya Tionghoa.
Nama "Yuebing" berasal dari legenda Chang'e, Dewi Bulan dalam mitologi China, dan bentuknya yang bulat melambangkan bulan purnama.
Makna Simbolis:
Bentuk bulat kue melambangkan kebersamaan dan kesatuan, menandakan pentingnya kumpul keluarga.
Kue Bulan juga menjadi simbol kemakmuran dan keberuntungan, terutama selama perayaan panen.
Tradisi dan Kebiasaan:
Biasanya disantap bersama keluarga dan teman saat Festival Pertengahan Musim Gugur sebagai cara merayakan dan menghargai kesuksesan panen.
Sering dijadikan hadiah untuk kerabat, teman, dan rekan bisnis sebagai bentuk ucapan selamat dan berbagi kebahagiaan.
Desain dan Gambar:
Bagian atas Kue Bulan biasanya dihiasi dengan gambar atau pola yang memiliki makna khusus, seperti simbol keberuntungan, panjang umur, atau keberkahan.
Gambar-gambar ini tidak hanya menambah nilai estetika tapi juga mengandung pesan budaya yang mendalam.
Kue Bulan dalam Budaya Tionghoa:
Kue Bulan tidak hanya merupakan makanan lezat tetapi juga merupakan bagian penting dari tradisi Tionghoa yang menggambarkan warisan dan nilai-nilai budaya.
Festival Pertengahan Musim Gugur dan Kue Bulan menggambarkan hubungan manusia dengan alam, keluarga, dan masyarakat.
Kue Bulan memainkan peran penting dalam budaya Tionghoa sebagai simbol kebersamaan dan kemakmuran. Setiap tahun, saat Festival Pertengahan Musim Gugur tiba, Kue Bulan tidak hanya dinikmati sebagai camilan tetapi juga sebagai ekspresi nilai-nilai budaya dan keharmonisan dalam kehidupan.
Ayam Kung Pao
Ayam Kung Pao, sebuah hidangan ikonik dari provinsi Sichuan, China, merupakan salah satu menu yang sangat populer dan sering hadir dalam acara-acara penting seperti reuni keluarga. Hidangan ini terkenal dengan rasa asam manisnya yang khas dan penggunaan ayam sebagai bahan utama.
Makna dan Simbolisme:
Panjang Umur: Selain rasanya yang lezat, Ayam Kung Pao juga dipercaya membawa makna panjang umur. Keyakinan ini berasal dari penggunaan kacang dalam masakan, yang dalam budaya China sering dikaitkan dengan umur panjang.
Kombinasi Rasa: Perpaduan rasa asam, manis, dan pedas dari Ayam Kung Pao mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya kuliner China.
Asal Nama:
Ding Baozhen: Nama "Kung Pao" diduga berasal dari Ding Baozhen, seorang gubernur di masa Dinasti Qing. Posisinya sebagai Gongbao, yang bertugas melindungi pangeran, mungkin telah menginspirasi nama hidangan ini.
Legenda dan Sejarah: Terdapat berbagai cerita tentang asal-usul nama Ayam Kung Pao, namun yang paling dikenal adalah kaitannya dengan Ding Baozhen.
Popularitas dan Pengaruh:
Menu Favorit: Ayam Kung Pao menjadi salah satu hidangan favorit baik di China maupun di seluruh dunia, dikenal dengan keunikan rasa dan teksturnya.
Pengaruh Budaya: Hidangan ini juga menjadi simbol dari pengaruh budaya Sichuan yang kaya akan rasa pedas dan kuat dalam dunia kuliner.
Ayam Kung Pao tidak hanya sekadar hidangan; ia merupakan perwakilan dari warisan kuliner Sichuan yang kaya, membawa makna yang mendalam dan cerita sejarah yang menarik. Kehadirannya dalam berbagai perayaan dan pertemuan menunjukkan betapa pentingnya makanan dalam budaya dan tradisi China sebagai simbol keberuntungan dan keberkahan.
Ikan Kukus
Ikan Kukus ala China merupakan hidangan yang kaya akan simbolisme dalam budaya Tionghoa, terutama terkait dengan kemakmuran dan keberuntungan. Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai makna dan kegunaan Ikan Kukus dalam konteks budaya dan tradisi China:
Simbolisme dan Makna:
Rezeki dan Kemakmuran: Ikan, atau "yu" dalam bahasa Kantonis, memiliki pengucapan yang sama dengan kata berlimpah dan kekayaan. Oleh karena itu, ikan kukus sering disajikan dalam perayaan Imlek sebagai simbol rezeki dan kemakmuran.
Ucapan Tahun Baru: Frase "nian nian you yu", yang secara harfiah berarti "semoga kamu mendapat ikan setiap tahunnya", secara simbolis berarti "semoga kamu mendapat rezeki yang melimpah setiap tahunnya".
Penggunaan dalam Perayaan:
Imlek: Dalam perayaan Imlek, ikan kukus menjadi hidangan wajib untuk menjamin kehidupan yang dipenuhi dengan kemakmuran di tahun yang akan datang.
Dekorasi dan Lukisan: Banyak restoran dan rumah orang Tionghoa menghiasi tempat dengan lukisan atau akuarium ikan, sebagai simbol undangan rezeki dan keberuntungan.
Pilihan Ikan:
Jenis Ikan: Ikan yang sering digunakan untuk hidangan ini termasuk ikan nila, patin, dan kakap. Namun, ikan lele juga populer, terutama di provinsi Jiangzhu.
Lele dan Keberuntungan: Di beberapa daerah, ikan lele dianggap dapat mendatangkan keberuntungan yang melimpah.
Ikan Kukus dalam Kuliner China:
Cara Penyajian: Ikan kukus ala China disajikan dengan berbagai bumbu dan rempah yang menambah kelezatan dan aroma hidangan.
Kekayaan Rasa: Selain simbolismenya, Ikan Kukus juga dinikmati karena kekayaan rasa dan teksturnya yang lembut.
Ikan Kukus tidak hanya menjadi hidangan lezat dalam kuliner China, tapi juga membawa makna yang dalam dalam budaya Tionghoa. Hidangan ini menggabungkan aspek kepercayaan tradisional dengan kelezatan kuliner, menjadikannya bagian penting dari perayaan dan tradisi.
Kue Keranjang
Kue Keranjang, yang dikenal dengan nama "Nian Gao" dalam bahasa Mandarin, merupakan salah satu makanan khas yang sangat identik dengan perayaan Tahun Baru China. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait dengan Kue Keranjang:
Nama dan Makna Simbolis:
"Nian Gao" memiliki makna harfiah "kue tahun tinggi" atau "kue tahun yang meningkat".
Pengucapan "Nian Gao" serupa dengan ungkapan yang berarti "tahun yang tinggi", menyiratkan harapan untuk kemajuan dan peningkatan dalam kehidupan.
Harapan dan Keinginan:
Kue Keranjang sering dikaitkan dengan harapan untuk peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendapatan, status sosial, dan jabatan.
Kue ini menjadi simbol harapan untuk tahun yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Ciri Khas dan Penyajian:
Kue Keranjang memiliki tekstur yang lengket dan biasanya dibungkus dengan daun bambu atau kertas berwarna merah.
Warna merah bungkusannya dianggap sebagai simbol kebahagiaan dan keberuntungan dalam budaya Tionghoa.
Tradisi dan Kebiasaan:
Kue Keranjang sering dijadikan hadiah selama perayaan Tahun Baru Imlek, sebagai bentuk ucapan harapan baik untuk penerima.
Kue ini tidak hanya dinikmati sebagai makanan penutup tetapi juga sebagai bagian dari ritual perayaan Tahun Baru.
Kue Keranjang dalam Budaya Tionghoa:
Kue Keranjang tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan makna dan simbolisme dalam budaya Tionghoa.
Kue ini merupakan elemen penting dalam perayaan Tahun Baru China, menggambarkan tradisi, kekayaan budaya, dan harapan untuk masa depan.
Kue Keranjang, atau Nian Gao, dengan makna dan tradisinya yang kaya, bukan hanya makanan yang menyenangkan untuk disantap tetapi juga cara unik untuk menyampaikan harapan dan doa baik dalam merayakan Tahun Baru China. Makanan ini mencerminkan bagaimana makanan dalam budaya Tionghoa sering kali lebih dari sekadar penganan tetapi juga sebagai pembawa pesan keberuntungan dan kebahagiaan.
Makanan khas China tidak hanya lezat dan beragam, tetapi juga kaya akan makna dan simbolisme yang mendalam. Setiap hidangan memiliki cerita dan nilai budaya yang terkait erat dengan tradisi Tionghoa.
Baca Juga: Hanfu China: Pengertian, Sejarah, dan Budaya
Apakah Anda tahu bahwa setiap makanan khas China, dari Mi yang simbolkan panjang umur hingga Bebek Peking yang melambangkan kesetiaan, menyimpan cerita dan makna budaya yang mendalam? Di Jagomandarin.com, kami mengajak Anda untuk tidak hanya mempelajari bahasa Mandarin, tapi juga untuk mengeksplorasi kaya dan luasnya warisan budaya Tionghoa melalui bahasanya.
Belajar bahasa Mandarin akan membuka pintu pemahaman yang lebih dalam tentang simbolisme unik di balik kelezatan makanan China. Pahami arti di balik setiap suapan dan nikmati perjalanan kuliner Anda dengan wawasan yang lebih kaya. Daftarkan diri Anda sekarang di Jagomandarin.com dan mulai petualangan Anda dalam menguasai bahasa serta memahami budaya China yang kaya dan penuh warna!.
Tanya Jawab Makanan Khas China
Q: Apa makna simbolik dari menyantap mi dalam budaya Tionghoa?
A: Mi melambangkan panjang umur dan keberuntungan. Dalam tradisi Tionghoa, mi yang panjang dianggap membawa kehidupan yang panjang, makmur, dan bahagia.
Q: Mengapa bakpao populer di Indonesia dengan variasi isi yang berbeda?
A: Bakpao diadaptasi di Indonesia, yang mayoritas penduduknya Muslim, dengan mengganti isi daging babi dengan ayam, cokelat, dan lainnya, menjadikannya makanan yang halal dan dapat dinikmati oleh banyak orang.
Q: Bagaimana dimsum dianggap sebagai simbol keharmonisan dalam budaya Tionghoa?
A: Dimsum, yang berarti "menyentuh hati", sering dikaitkan dengan keharmonisan dan keberuntungan. Tradisi makan bersama-sama saat Yum Cha menggambarkan pentingnya kebersamaan dan keharmonisan keluarga atau teman.
Q: Mengapa bebek Peking dianggap simbol kesetiaan dan sering dihidangkan dalam pernikahan Tionghoa?
A: Bebek Peking dianggap sebagai simbol kesetiaan dan kesuburan, berkat mitos dan lukisan di China yang menggambarkannya sebagai pembawa pesan ke surga. Warna merahnya yang melambangkan kebahagiaan juga membuatnya menjadi pilihan populer di pernikahan.
Q: Apa arti dari kue keranjang atau Nian Gao dalam perayaan Tahun Baru China?
A: Nian Gao, atau kue keranjang, memiliki pengucapan yang mirip dengan "tahun yang meningkat". Ini melambangkan harapan untuk kemajuan dan peningkatan dalam kehidupan, baik itu dalam pendapatan maupun status sosial, di tahun yang baru.