Melissa Karim menyesal tak bisa bahasa Mandarin
Wajah Melissa Karim sudah akrab dilihat sebagai presenter dan MC (master of ceremony). Selain celetukan yang khas, wajah orientalnya menjadi ciri. Toh begitu, ia mengaku punya pengalaman yang membuatnya menyesal tidak serius ketika belajar bahasa Mandarin.
“Dari dulu tuh sudah kursus segala macam dari SD, tapi kayaknya memang nggak bakat ya. Sudah gonta-ganti guru juga. Yang susah itu memang tulisannya, susah, aku nggak ngerti,” ungkap Melissa.
Baca Juga: Cara Pintar Mencari Guru Les Private Bahasa Inggris yang Tepat
“Aku juga menyesal kok nggak bisa bahasa Mandarin. Aku pengen ya, kalau greeting saja dikit-dikit sih bisa, tapi karena bentukannya kan ini bentukan China,” lanjut pemain film Berbagi Suami, Langit Biru dan Arisan!2 ini
Ada pengalaman lucu saat didaulat menjadi MC di sebuah acara pernikahan. Dia pernah ditegur oleh tamu undangan keturunan China yang paham betul urusan bahasa Mandarin. Saat itu dirinya mencoba-coba membawakan acara dengan menggunakan bahasa Mandarin, namun logatnya dirasa aneh.
“Aku pernah lho isi acara gitu di luar kota, disuruh pakai bahasa China greeting-nya. Eh pas aku cing cong-an saja. Terus ada bapak-bapak China nyamperin bilang ‘Kamu China dari mana? Logatnya salah tuh. Gara-gara itu aku sangat berhati-hati,” kenangnya.
Meski begitu, tak ada yang bisa menyangkal kesuksesan Melissa menjadi presenter. Bahkan belakangan, istri pembaca berita Ralph Tampubolon itu makin eksis membawakan acara.
“Banyak latihan dan persiapan matang adalah kunci penting bagi MC. Karena siapapun kalau punya minat di bidang public speaking pasti bisa menjadi MC. Tetapi, tetap harus banyak latihan. Jam terbang memiliki peran penting,” terangnya berbagi tips.
Soal lain. Kini, Melissa tengah menikmati sebagai ibu dari Lucius Jazz Tikvatenu. Untuk urusan nambah momongan, tanpa ragu-ragu Melissa menjawab tidak. “Sejauh ini masih bahagia dengan 1 anak, sekolah mahal bro,” katanya.
“Lately, aku lihat, KB (Keluarga Berencana) agak kedodoran bagi kebanyakan masyarakat. Mereka punya banyak anak dan lebih dari 2, jaraknya juga deket. Mungkin benar, kata para dokter, bahwa meskipun orang Indonesia tahu KB, tapi penggunaannya belum tentu paham.”