TIPS pendidikan untuk anak-anak
Kian terbatasnya akses mengenal alam ternyata bisa membuat anak terkena nature deficit disorder (NDD) atau gangguan akibat kurangnya interaksi dengan alam.
Psikolog Anak dan Keluarga Mira D Amir mengatakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan alam yang tak terpenuhi bisa menyebabkan gambaran atas alam pun kian terbatas karena tumbuhan menjadi hal yang sulit ditemukan. Terlepas dari itu, perkembangan dan keseimbangan otak kanan serta otak kiri terganggu. Kepadatan penduduk, tuturnya, mengikis ruang-ruang anak untuk melatih keterampilan fisik dan motorik kasarnya.
"Kepadatan penduduk yang ada membuat lingkungan rumah jadi sempit. Sementara anak membutuhkan latihan fisik seperti melompat, menendang, berlari itu kan jadi enggak ada. Ruang untuk mengasah keterampilan fisik dan motorik kasar jadi terbatas," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com,
Oleh karena itu, orang tua, tuturnya, perlu merangsang agar tumbuh kembang anak tak terkendala. Caranya, bisa dengan memberikan perkenalan secara visual melalui gambar kemudian bergerak ke tempat rekreasi agrowisata yang membuat anak mengenal tumbuhan lebih dini.
"Perlu rangsangan dari orang tua mengenalkan ke anak lebih dini sampai usia tertentu," katanya.
Akses terdekat dengan alam misalnya melalui taman memiliki sejumlah manfaat bagi tumbuh kembang anak. Community Manager HiddenPark Dithi Sofia mengatakan gangguan ini lebih banyak menimpa anak-anak dan berakibat pada masalah lainnya yaitu ketergantungan akut terhadap teknologi, meningkatkan potensi obesitas dan tubuh kerdil.
Baca Juga: 6 Tools You’ve Gotta Use to Learn Advanced Mandarin Chinese
"Ada anak yang takut bermain di rumput, ada anak sekolah menengah yang belum mempunyai pengalaman menanam. Bahkan, juga ada anak sekolah menengah yang tidak bisa membedakan jenis tanaman sayur," ujarnya saat dihubungi bisnis.com, belum lama ini.
Jakarta menjadi salah satu potret kehidupan perkotaan yang kaku dengan terbatasnya ruang publik. Terutama, taman kotanya. Menghabiskan waktu di taman kota bukan menjadi bagian kegiatan mayoritas masyarakat Ibu Kota.
Taman yang menyumbang banyak manfaat akhirnya menjadi tempat yang asing. Kalaupun ada, tak banyak yang kondisinya ramai dengan keluarga yang sengaja berpiknik atau sekadar menghirup udara yang lebih segar. Pusat belanja justru menjadi tujuan saat taman tak bisa menarik masyarakat.
Bertolak dari masalah itulah, sejak 2012 HiddenPark mengaktifkan kembali taman-taman kota. Taman-taman yang telah bernyawa di antaranya Taman Langsat Baroti, Taman Tebet dan Taman Tanjung. Taman ini kembali bernyawa dengan berbagai kegiatan seperti piknik bersama atau menggandeng komunitas lain yang membutuhkan ruang.
"Banyaknya taman kota, terutama di Jakarta yang kurang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, taman kota sendiri mempunyai banyak sekali manfaat," katanya.
Bila dilihat dari jumlahnya, ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di DKI memang terbatas. Dari proporsi ideal yang seharusnya 30% dari luas wilayah, DKI baru memiliki 10%. Dengan angkanya yang terbatas itu, HiddenPark mempercantik taman yang ada agar masyarakat berminat untuk menjadikan taman sebagai alternatif tujuan rekreasi.
"Tak hanya kegiatan komunitas, taman kota dihiasi berbagai macam instalasi seni untuk memberikan nilai estetika tambahan di taman," katanya.